Tiga puluh sembilan mahasiswa dari berbagai daerah dan berbagai kampus yang sedang kuliah di Yogyakarta berpartisipasi dalam pelatihan Stube-HEMAT Yogyakarta yang diadakan di Wisma Pojok Indah, Condongcatur pada hari Jumat-Minggu, 15-17 Februari 2019. Mereka tertarik dan ingin tahu pelatihan dengan topik Muda, Milenial dan Melek Politik yangmerupakan bagian dari program Spiritualitas: Gereja dan Politik. Mereka bukanlah anak muda yang melek politik, malah bisa dikatakan tidak tahu dan bahkan buta politik.
“Ini adalah topik hangat sebelum 17 April 2019. Publik sudah gegap gempita menyambut suasana hangat dan panas bernuansa politik, terlebih kemajuanteknologi informasi memudahkan public menerima berita benar maupun hoax dengan cepat. Ironisnya tidak banyak anak muda kaum milenial tertarik politik mungkin lebih banyak yang apatis dan apriori. Melek politik penting karena mau tidak mauranah privat maupun publik masyarakat dipengaruhi oleh keputusan politik. Stube-HEMAT Yogyakarta sebagai lembaga pendampingan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia yang sedang kuliah di Yogyakarta melihat pentingnya pemahaman politik yang benar dikalangan mahasiswa karena mereka akan menjadi agent of change,” papar Ariani Narwastujati, Direktur Eksekutif Stube-HEMAT.
Sebagai bekal mendalami politik, peserta menelaah dinamika hubungan gereja (kekristenan) dan politik bersama Pdt. Paulus Sugeng Wijaya, MAPS., Ph.D dari Universitas Kristen Duta Wacana. Awalnya gereja memang terpisah dari politik pemerintahan, gereja bersebarangan dan bahkan ditekan. Meskipun demikian gereja terus berkembang dan memegang posisi strategis di masyarakat. Galerius, kaisar masa itu akhirnya mengakomodir gereja dalam kehidupan masyarakat. Bahkan Kaisar Konstantinus menetapkan agama Kristen menjadi agama negara. Sejak itu gereja berbaur dengan berbagai kepentingan politik dan kekuasaan sehingga gereja mulai lupa memperjuangkan pembebasan, ketidakadilan dan pengentasan kemiskinan.
Dalam diskusi bersama William E. Apipidely, M.A, Direktur EksekutifYayasan Satunama,terungkap asumsi peserta mengenai politik. Sebagian menganggap politik sebagai seni, mempengaruhi dan kekuasaan, tetapi sebagian lain menganggap politik itu kotor, penuh korupsi dan bahkan apatis terhadap politik. ‘Image’ buruk politik terjadi karena banyak pemberitaan negatif tentang politik dan telah terjadi pembelokan sejarah politik di Inodonesia. Jadi, peserta perlu paham arti politik yang sebenarnya. Aristoteles mengungkapkan bahwa politik adalah cerdas dan berintergritas, politik adalah upaya mendistribusikan keadilan dan menghadirkan keadilan. Tindakan politik adalah tindakan menghadirkan keadilan. Ini menjadi satu pencerahan bagi peserta.
Beberapa praktisi politik dan calon legislatif membagikan pengalaman berpolitik mereka. Mereka adalah Chang Wendryanto, calon anggota DPD DIY, Budi Oetomo dari tim kampanye PKB, San Akuan, calon anggota DPRD Kabupaten Sleman dari Partai Solidaritas Indonesia dan M Fuad, calon anggota DPR RI dari partai Demokrat. Peserta belajar tentang realita dunia politik karena dialog ini menyingkap keteguhan, intrik, lobi dan strategi dalam berpolitik.
Ahmad Shidqi, komisioner KPU DIY mendorong peserta untuk proaktif berpartisipasi dalam pemilu karena pemilih muda, usia 17-30 tahun berjumlah lebih dari 60 juta, jadi, pemilih muda memegang posisi strategis dalam menentukan arah bangsa ke depan.
Desi, mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma dari Kalimantan Utara mengatakan, “Acara menarik dan pemateri menambah wawasan saya. Saya menemukan hal baru tentang sejarah gereja, baptisan karena pengaruh politik dan makna politik itu sendiri. Awalnya saya berasumsi politik itu kotor, koruptif dan lain-lain, tetapi pelatihan ini mengubah mindset saya bahwa politik itu sebenarnya upaya bersama untuk mendapatkan keadilan dan kesejahteraan.”
Komitmen peserta untuk ikut ambil bagian dalam pemilu dan berbagi kepada orang lain mengenai pengalaman pelatihan membangkitkan optimisme tumbuhnya kesadaran politik yang cerdas, dewasauntuk menghadirkan keadilan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia. (TRU).