Module not found.

Kartini-Kartini Kekinian - part 1

pada hari Senin, 21 April 2025
oleh Stube HEMAT Yogyakarta
Kristiani Pedi dari Sumba ke Maldives          

 

         

Berawal punya mimpi untuk membangun daerah Sumba, Kristiani Pedi yang akrab dipanggil Ina sadar bahwa mimpi itu tidak mudah untuk diwujudkan tapi masih tetap ada kemungkinan untuk mewujudkannya. Lahir dari keluarga sederhana, dengan 5 saudara laki-laki dan 3 orang perempuan, dia tidak pernah menyusahkan ibunya yang seorang janda. Belajar sambil bekerja menjadi hal biasa. Saat SMA, dia selalu mengikuti lomba-lomba supaya juara dan mendapat hadiah untuk membiayai sekolah. Sepulang sekolah, dia berkeliling kota menjual ikan. Ina selalu berpikir bahwa tidak ada hal yang tidak bisa diubah di dunia ini selagi mau berusaha, meski jalan yang dilalui penuh dengan duri tajam.

 

 

Dari usaha kerasnya membentuk komunitas Ana Tana, berproses dengan Lembaga Stube HEMAT, meraih beasiswa kuliah, mendapat dukungan beberapa stakeholder, mencari pengalaman kerja di Uluwatu-Bali, dan selanjutnya meneruskan karier di bidang Front Office di Maldives. Tentu saja ini merupakan satu bagian dari proses yang akan terus berjalan seiring dengan mimpi yang dimilikinya.

 

 

 

Perjuangan Kartini bagi kemajuan kaum perempuan Indonesia tidak sia-sia. Bertambah banyak lagi perempuan yang berani melakukan lompatan-lompatan demi kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana yang dilakukan Kristiani Pedi, yang memiliki motto hidup “Dengan berani bermimpi, yakinlah kamu bisa mewujudkannya. Percayalah pada proses, dan hargai mereka yang sudah mendukungmu, dan jangan pernah lupa bahwa tanpa Tuhan kamu bukan siapa-siapa.”

 

Terus berjuang, dan berproses Kartini-Kartini masa kini, raih mimpi yang kau miliki. ***

 


  Bagikan artikel ini

ARTI PERANG DAGANG TRUMP BAGI INDONESIA

pada hari Jumat, 11 April 2025
oleh Stube HEMAT Yogyakarta

         

 

Topik panas yang menjadi pembahasan global atas pemberlakukan tarif perdagangan yang diberlakukan Donal Trump menjadi bahan diskusi online Stube HEMAT Yogyakarta via Zoom meeting (10/04/2025). Bagaimana kebijakan sepihak yang diberlakukan USA mempengaruhi perdagagan internasional dan ekonomi global, khususnya Indonesia? Bagaimana anak muda menyikapinya? Narasumber diskusi ini adalah Dr. Murti Lestari, M.Si, pengamat, peneliti, pengajar ekonomi, bersama moderator diskusi Yohanes Dian Alpasa, S.Si., multiplikator Stube HEMAT di Bengkulu, pemerhati pendidikan kaum muda, yang saat ini bekerja di KEMENAG (Kementerian Agama) Bengkulu, Sumatera.

 

 

Narasumber mengawali diskusi dengan pertanyaan, mengapa kebijakan Trump memicu kegusaran global? Ini sebagai pertanda bahwa semua negara menyukai perdagangan bebas yang mulai dikenalkan oleh USA sejak 1964 untuk menuju globalisasi ekonomi. Dulu pada umumnya negara menerapkan sistem autarki yakni sistem ekonomi swasembada, dimana perdagangan dengan negara lain sangat dibatasi atau bahkan tidak dilakukan sama sekali. Tujuan dari sistem ini adalah agar negara dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bergantung pada impor, seperti yang pernah diterapkan oleh Korea Utara.

Kegiatan perdagangan pada mulanya dipromosikan oleh negara-negara yang menang perang dunia kedua yakni Amerika dan sekutunya. Melalui perdagangan internasional, negara-negara yang kalah perang seperti Jerman dan Jepang ternyata ekonominya pulih, bahkan maju dengan cepat. Selanjutnya kegiatan perdagangan ditawarkan kepada negara-negara miskin atau yang sedang berkembang, supaya bisa melakukan pembangunan. Dibentuklah lembaga internasional seperti Bank Dunia (1944) yang berfungsi sebagai lembaga keuangan global dan IMF yang mengurusi pinjaman bagi negara-negara yang membutuhkan untuk pembangunan. Selanjutnya karena perlu aturan serta mekanisme untuk memastikan perdagangan berjalan adil, efisien, dan saling menguntungkan, maka dibentuklah lembaga perdagangan internasional seperti GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) pada tahun 1947 di Geneva, yang selanjutnya pada tahun 1995 berubah menjadi WTO (World Trade Organization). Dalam perkembangannya muncul organisasi dagang lainnya seperti AFTA, NAFTA, APEC, OECD, BRICS, dan sebagainya. Tanpa lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan ini pasar global akan kacau dan penuh dengan ketidakpastian/volatilas tinggi, seperti saat ini dengan kebijakan Trump yang sepihak menaikkan besaran tarif dagang.

 

 

Diskusi berlangsung seru dengan beberapa pertanyaan peserta seputar apa penyebab Trump mengambil kebijakan tarif sepihak, apa itu non-tariff  barrier, hal-hal apa saja yang perlu dilakukan saat terjadinya perang tarif, bagaimana Indonesia harus berbenah, mengapa Indonesia dianggap tidak fair dalam perdagangan internasional menurut Amerika Serikat, menyikapi investor asing, maksud dari TKDN (Tingkat kandungan Dalam Negeri), dan masih banyak lagi. Tak kalah penting, narasumber menekankan perlunya menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang kompetitif sehingga bisa terserap dalam banyak kesempatan kerja baik nasional maupun internasional. China diakui menjadi negara yang sangat kompetitif dalam perdagangan internasional, baik barang maupun jasanya.

Perang dagang yang terjadi menuntut Indonesia, terutama generasi mudanya berbenah menyiapkan diri menjadi negara maupun sumber daya manusia yang kompetitif, memiliki kemampuan untuk bersaing secara efektif dalam suatu lingkungan dengan dinamika perubahan yang cepat. Selamat berbenah diri.**


  Bagikan artikel ini

Ayo Remaja, Let’s Speak!

pada hari Senin, 17 Maret 2025
oleh Trustha Rembaka, S.Th.

Pelatihan Public Speaking untuk Remaja

 

Kolaborasi Stube HEMAT Yogyakarta dengan Komisi Remaja GKJ Panggang, Gunungkidul.

 

 

“Gimana ya biar gak grogi?”

“Enggak pede kalau dilihat banyak orang”

“Kalau sudah di depan malah blank”

Pengakuan di atas terungkap saat para remaja di GKJ Panggang dalam pelatihan Public Speaking menceritakan situasi yang mereka alami ketika berbicara di depan suatu forum. Harus diakui bahwa tampil dan berbicara di depan audiens tidak mudah, bahkan sebagian orang menghindarinya. Namun demikian, bukan berarti keterampilan berbicara di depan audiens tidak bisa dikuasai. Setiap orang, sejak remaja pun bisa jika mau belajar dan melatih diri secara konsisten.

 

 

Pelatihan Public Speaking untuk remaja ini merupakan kolaborasi Stube HEMAT Yogyakarta dengan Komisi Remaja GKJ Panggang, Gunungkidul yang dihelat pada Minggu, 16 Maret 2025 di gedung GKJ Panggang, bertema ‘Ayo Remaja, Let’s Speak!’. Pelatihan ini mendorong remaja berani tampil berbicara dengan bekal tips-tips sederhana terampil berbicara, termasuk praktek presentasi, promosi, memandu acara, dan lain-lain.

Saya sangat antusias membersamai remaja GKJ Panggang dalam pelatihan saat ini dan mengawali dengan bermain peran “Jika Aku Menjadi...”. Ini adalah sebuah role play menjadi agen/pelaku yang mempromosikan satu topik, antara lain promosi diri, manfaat komisi remaja, atau potensi kabupaten Gunungkidul. Dalam tahap ini masing-masing peserta tampil dan mengamati aspek kepercayaan diri, verbal graffiti, pengucapan, gerak tubuh dan ekspresi.

 

 

Penampilan umum menunjukkan ada kepercayaan diri dengan volume suara yang cukup terdengar. Namun demikian, ada beberapa catatan, yaitu verbal graffiti, atau kata-kata yang mengganggu dan tidak bermakna, seperti “e.......”, kemudian sebagian peserta kurang jelas dalam pengucapan, seperti menyebutkan nama. Berkaitan gerakan tubuh, seperti kontak mata, beberapa peserta cenderung melihat ke bawah maupun ke atas. Kontak mata perlu menjangkau ruang secara merata untuk ‘menyapa’ audiens. Gerakan tangan sebenarnya bisa memperkuat pesan yang disampaikan, namun peserta masih bingung menempatkan tangan apakah di depan badan atau di belakang, berpegangan atau bahkan mengusap kepala berulang-ulang.

Bekal baru yang mereka dapat di sesi ini, pertama, mengatasi grogi, dengan mengetahui dengan jelas jenis acara, siapa audiens, waktu dan tempatnyakedua, mengantisipasi ‘blank’ atau hilang fokus dengan memahami dengan baik materi yang akan disampaikan, media presentasi dan alat-alat pendukungnya, termasuk mengantisipasi situasi force majeure listrik mati atau alat rusak dengan menyiapkan materi dalam beragam versi, misalnya PowerPoint, pdf, dicetak, kartu panduan (cue-card) maupun disimpan di email, dan ketiga, membangun rasa percaya diri dengan memilih kostum yang tepat, kata-kata pembuka yang menarik, dan bahkan jika memungkinkan sebelum hari-H berlatih tampil secara mandiri dan membuat rekaman audio visual mandiri untuk menemukan bagian mana yang perlu diperbaiki.

 

 

Dari titik ini para remaja GKJ Panggang berkomitmen untuk mempraktekkan pengalaman baru dalam kegiatan pelayanan gereja dan di lingkungan sekolah masing-masing. Ayo remaja, let’s speak!. Persembahkan keterampilan diri untuk melayani. *

 

 


  Bagikan artikel ini

Aku Ada, Aku Bicara!

pada hari Minggu, 16 Maret 2025
oleh Stube HEMAT.

Bedah buku dan public speaking bersama Komisi Remaja GKJ Wonosari

 

         

Berbicara di depan umum bagi sebagian orang merupakan hal biasa, bagi sebagian lainnya merupakan tantangan berat. Kemampuan berbicara merupakan keterampilan yang bisa dilatih dan dikembangkan jika ada kemauan belajar dasar-dasar public speaking, metode, dan pengembangannya. Bagi anak muda yang terlibat aktif dalam pelayanan, organisasi sosial kemasyarakatan, presentasi-presentasi, perlu memiliki keterampilan berbicara di depan publik ini.

 

 

 

 

Saat ini tersedia beragam sumber belajar public speaking berupa buku cetak maupun e-book yang memaparkan cara, sarana, dan tips mengembangkan keterampilan berbicara di publik. Salah satu buku adalah Let’s Speak: Simple Tips For Public Speaking, karya Ninda Nindiani, seorang pemandu acara profesional. Merespon kebutuhan ini Stube HEMAT Yogyakarta menginisiasi bedah buku ini dan diskusi tentang public speaking, dengan tajuk ‘Aku Ada Aku Bicara’, berkolaborasi dengan Komisi Remaja GKJ Wonosari, Gunungkidul (15/3/2025). Dua puluhan remaja ambil bagian dalam bedah buku dan praktek public speaking bersama Trustha Rembaka, S.Th.

 

 

Dalam bedah buku, Trustha memaparkan isi buku ini, yang merupakan cetakan pertama penerbit ANDI Yogyakarta tahun 2024, yang memiliki 182 halaman, plus 10 halaman pendahuluan. Bab 1-10 membahas pemahaman diri tentang public speaking dan persiapan diri, grogi dan solusinya, olah vokal, gestur atau gerakan anggota tubuh, peraga dan media visual, opening dan closing, termasuk permainan yang menyemarakkan acara. Lanjut di bab 11-17, mengulas ragam peran, moderator, master of ceremony, dan ice breaker; selanjutnya mengenal bentuk-bentuk acara, seperti seminar, vlogger, presenter televisi, radio, dan podcast; termasuk pemahaman tentang peralatan pendukung seperti microphone.

Buku ini memiliki daya tarik antara lain, tampilan cover warna dasar putih dengan jenis huruf yang berwarna dan gambar ilustrasi yang eye-catching; isi buku membahasa dari hal dasar public speaking, tak ketinggalan tips praktis dan realistis dari pengalaman penulis; termasuk penyajian tulisan menarik karena memaksimalkan ragam jenis huruf, kombinasi warna, ilustrasi, userpic/avatar, dan testimoni. Memahami buku ini secara utuh memerlukan waktu, karena per bagian harus diendapkan dan dipraktekkan terlebih dahulu; ada ketidaksinkronan antara daftar isi dengan halaman yang dimaksud. Sebagaimana buku lainnya, buku ini harus berkompetisi dengan beragam media yang menyajikan topik yang sama.

 

 

Tahap selanjutnya setiap peserta praktek tampil berbicara di depan dengan durasi waktu tertentu. Mereka belajar bagaimana mengatasi rasa grogi, membangun kelekatan melalui kontak mata, mengurangi kata-kata yang tidak perlu dan gestur atau gerak tubuh yang mengganggu penampilan. Mereka mengakui bahwa tidak mudah berada di depan audience, kurang percaya diri, apa yang disiapkan sebelumnya lupa karena grogi, dan bingung bagaimana memposisikan badan, tangan dan kaki secara tepat. Sebagian peserta berharap ada kelanjutan dari pelatihan ini.

 

 

 

Ayo para remaja, dobrak keraguan dan ketidakpercayaan diri! Keterampilan public speaking bukan hal mustahil untuk dimiliki, karena beragam media belajar tersedia bagimu. Ingat, tajuk di atas, Aku Ada, Aku Bicara! Jangan lewatkan kesempatan berperan sebagai public sepaker dan berdampak untuk orang lain. ***

 


  Bagikan artikel ini

Tuhan Yang Merancang, Kita Pekerjanya

pada hari Jumat, 14 Februari 2025
oleh Stube HEMAT.

       

 

Yuel Yoga Dwianto, demikian nama lengkapnya. Dia lahir sebagai anak kedua dari ayah dan ibu petani di Lampung, Sumatera, pada 14 Juni 1993. Keluarganya hidup dari bercocok tanam padi, karet, dan ketela. Pendidikan dasar hingga menengah ditempuhnya di Lampung. Setelah tamat SMA, Yuel bertekad melanjutkan kuliah di Yogyakarta, kota yang dikenal sebagai kota pelajar dan impian banyak anak daerah untuk menuntut ilmu. Sesuai panggilan hidupnya, Yuel ingin menjadi seorang pendeta dan melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) MARTURIA yang terletak di Nologaten, Sleman. Setelah menyelesaikan S1, Yuel dipanggil gereja di Bengkulu. Namun, karena tidak mendapat restu orang tua, dia batal berangkat ke Bengkulu dan memilih melanjutkan studi S2 di Yogyakarta. Selama menjadi mahasiswa, Yuel aktif di berbagai organisasi internal dan eksternal kampus. Salah satunya adalah lembaga Stube HEMAT, wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri dan mengasah pikiran guna mempertajam penilaian dan analisis.

 

 

Yuel mengingat dengan jelas ketika meninggalkan Yogyakarta pada 7 Desember 2022. Ia pulang kampung dengan tekad melayani sebagai pendeta dan bersedia ditempatkan di mana saja sesuai kehendak Tuhan. Pada 10 Desember 2022, Yuel memulai proses pemanggilan di GKSBS Baradatu, Way Kanan, Lampung. Proses ini diawali dengan Wiyata Bakti selama 4 bulan, di mana ia tinggal bersama jemaat. Pada Maret 2023, ia mengikuti tes calon pendeta yang diselenggarakan oleh Sinode dan setelah lulus, ia memulai masa orientasi selama 3 bulan di tempat yang sama. Setelah evaluasi dan dinyatakan layak, Yuel masuk tahap aplikasi, yang mencakup penyesuaian ajaran GKSBS, tata gereja, liturgi, dan kotbah. Empat pendeta menguji masa aplikasi ini. Setelah lulus, ia masuk ke tahap pembimbingan, yang lebih praktis seperti membangun spiritualitas, kesaksian dan pelayanan, serta manajemen dan kepemimpinan gereja. Ujian peremtoir dia lalui pada 12 Desember 2024 dan dinyatakan layak tahbis pada 13 Februari 2025. Proses panjang ini membuat Yuel siap melayani jemaat Tuhan sebagai pendeta.

 

 

 

 

Menjadi pendeta yang ditahbiskan adalah awal pelayanan. GKSBS Baradatu memiliki 542 kepala keluarga yang tersebar di 9 wilayah. Wilayah terjauh yang dilayani berjarak 52 kilometer dan yang terdekat 7 kilometer dari GKSBS Baradatu, Way Kanan, tempat tinggalnya. Sebagian besar jalan menuju wilayah tersebut melewati hutan dan dalam kondisi rusak. Pelayanan dilakukan dengan sepeda motor yang disediakan jemaat. Mayoritas jemaat bekerja sebagai petani dan pedagang, dengan latar belakang denominasi, suku, dan tradisi yang beragam. Suku Jawa dan Batak mendominasi dalam kemajemukan tersebut. Semua dipersatukan dalam satu visi dan misi di GKSBS.

Membangun jemaat yang terus tumbuh, berkembang, dan berbuah adalah kerinduan setiap pendeta. Ibarat sebuah bangunan, Tuhanlah perancangnya. Dia merancang dengan baik, tinggal apakah pekerjanya bersedia melaksanakan rencana Tuhan atau tidak. Rencana strategis GKSBS harus dibuat sebagai panduan untuk membangun jemaat sesuai kehendak Tuhan. Selamat melayani, Pendeta Yuel Yoga Dwianto, S.Th., M.Pd. Semoga Anda menjadi rekan sekerja yang setia bagi Allah. ***


  Bagikan artikel ini

CSF: Merefleksikan Ketaatan Nuh

pada hari Rabu, 5 Februari 2025
oleh Trustha Rembaka

         

 

Pernahkan mendengar kata retreat? Atau mungkin pernah mengikuti acara retreat? Dalam pemahaman Kristen, retreat bukan istilah yang asing karena retreat menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan. Nah, sebenarnya apa arti retreat dalam pemahaman Kristen? Secara definitif kata ‘retreat’ bisa berarti ‘menarik diri’ atau mengambil langkah mundur. Ini bisa dimaknai sebagai tindakan mengambil waktu pengalaman menyendiri atau mengasingkan diri untuk merefleksikan hidup atau merenungkan kembali, dan biasanya untuk pertumbuhan spiritualitas iman dengan Tuhan.

 

 

Dalam spiritualitas Kristen, Yesus memberi contoh bentuk retreat ketika ia mengundurkan diri dari orang banyak untuk menyendiri, mengambil waktu untuk berdoa, yang Ia lakukan saat pagi buta maupun malam hari. Ada beberapa referensi, misalnya ‘dan setelah orang banyak itu disuruhNya pulang. Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ (Matius 14:23). ‘Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana (Markus 1:35), ‘akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa’ (Lukas 5:16).

 

 

Senang sekali saya mendapat kesempatan membersamai CSF (Christian Student Fellowship) SMA N 1 Wonosari, Gunungkidul, dalam retreat (25-26/01/2025) yang bermanfaat membangun kembali kehidupan spiritualitas. Spiritualitas yang dibangun, bahkan sejak muda akan menjadi pondasi kokoh menopang pengembangan pribadi ke depan. Retreat menjadi bagian untuk merenungkan kembali kehidupan spiritualitas iman, khususnya tentang ketaatan. Ketaatan artinya bertindak sesuai, dengan apa yang diminta atau diperintahkan, aturan atau hukum, dan instruksi yang diberikan. Menelaah kembali tentang ketaatan, salah satu contoh ketaatan di bagian awal di Alkitab ditunjukkan oleh Nuh (Kejadian 6).

 

 

Keteladanan Nuh tentang ketaatan yang bisa dipelajari adalah:

 

 

1.     Perintah: Tuhan memerintahkan Nuh untuk membangun bahtera besar dan mengumpulkan semua hewan berpasangan karena banjir besar akan datang.

2.     Iman yang tak terbantahkan: meskipun belum pernah melihat seperti apa ke depan karena belum pernah terjadi sebelumnya, Nuh tetap percaya pada perintah Tuhan dan mulai membangun bahtera tanpa ragu-ragu.

3.     Tugas yang sulit: membangun bahtera dengan ukuran yang sudah ditentukan adalah suatu pekerjaan besar karena membutuhkan usaha yang membutuhkan kesungguhan, ketelitian dan dedikasi, bahkan bisa membutuhkan waktu beberapa tahun.

4.     Menghadapi ejekan: Nuh menghadapi suara-suara miring, skeptis dan bahkan ejekan dari orang-orang yang tidak percaya pada banjir yang akan datang, tetapi Nuh tetap taat.

5.     Hasil: dengan mengikuti petunjuk Tuhan dengan tepat, Nuh dan keluarganya selamat dari banjir, sedangkan lainnya tidak.

 

 

Relevansi ketaatan dalam realitas hidup sehari-hari siswa adalah, bagaimana kehidupan siswa mewujudkan ketaatan pada aturan hukum pemerintahan, kehidupan spiritualitas (agama) dan kehidupan keluarga, ketentuan organisasi atau sekolah, dan pada norma yang berlaku di tengah masyarakat.

 

 

Nuh mengajarkan keteladanan bahwa iman sejati ditunjukkan melalui ketaatan, bahkan ketika perintah itu sulit dipahami. Ketaatan menjadi titik pijak melangkah ke depan, dengan keyakinan bahwa ketaatan  melakukan perintah Tuhan menuntun keberhasilan.***


  Bagikan artikel ini

Optimis Menghadapi Tantangan Ekonomi

pada hari Kamis, 30 Januari 2025
oleh Trustha Rembaka

        

 

 

 

Memasuki tahun 2025, Indonesia dihadapkan pada sejumlah kekhawatiran yang dipengaruhi oleh situasi global dan nasional yang berdampak pada keadaan ekonomi dalam negeri. Respon apa yang harus muncul untuk menghadapi situasi tersebut? Stube HEMAT Yogyakarta berinisiatif mengadakan diskusi mahasiswa secara virtual mengenai topik ini bersama Dr. Murti Lestari, seorang peneliti bidang ekonomi, dosen, dan juga board in charge Stube HEMAT (29/01/2025). Tak kurang dari tiga puluhan mahasiswa dan aktivis Stube HEMAT dari berbagai daerah dan jejaring lainnya, seperti Alor, Sumatera Utara, Lampung, Timor, Maluku Tenggara, Sumba, Manggarai, Luwuk Banggai, Maldives, Gunungkidul, Morowali Utara, dan Yogyakarta, bergabung dalam diskusi tersebut.

 

 

Dalam paparannya, Dr. Murti Lestari mengungkapkan bahwa depresi ekonomi global adalah kondisi penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dan berkepanjangan di seluruh dunia. Banyak negara mengalami penurunan produksi, penjualan, dan investasi yang parah dan berkepanjangan. Keadaan ini dipicu oleh kondisi geopolitik global seperti terjadinya konflik, perubahan pemimpin di beberapa negara, kondisi ekonomi negara besar yang masih lemah, perang dagang antarnegera, kebijakan moneter dan fiskal, serta krisis keuangan. Situasi ini menyebabkan kekhawatiran di dalam negeri, seperti penurunan perdagangan, berkurangnya aktivitas perusahaan, peningkatan pengangguran, melemahnya daya beli, ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK), kenaikan harga barang, hingga penurunan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

 

 

Namun demikian, dari dalam negeri masih relatif aman, karena Indonesia memiliki sumber daya yang berlimpah dibandingkan dengan negara lain, meskipun dari sisi pengelolaan masih perlu ditingkatkan. Dari sisi energi, biofuel sudah semakin berkembang sebagai campuran minyak bumi, dan letak geografis yang strategis memungkinkan paparan matahari sepanjang tahun. Dari sisi pangan, Indonesia memiliki diversitas bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan, jika dikelola dengan baik dari tanaman pangannya, ketersediaan air dan distribusinya, teknologi, serta sumber daya manusianya.

 

 

Dalam dialog, peserta mengangkat pertanyaan tentang Upah Minimum Regional (UMR), isu Gen Z yang kurang diminati oleh perusahaan, dunia pendidikan dalam menjawab tantangan kerja, dan kesempatan kerja yang menurun karena perkembangan teknologi. Narasumber menjawab bahwa pemerintah sangat berhati-hati dalam menetapkan UMR karena akan berdampak luas; tidak semua perusahaan maupun pemberi kerja sanggup menggaji sesuai UMR, dan jika dipaksa sesuai UMR, maka akan bangkrut dan terjadi PHK. Mengenai Gen Z, secara umum, pekerja harus memiliki karakter yang positif dan sikap yang baik; dua aspek ini lebih disukai dibandingkan dengan nilai tinggi di ijazah. Lembaga pendidikan pun perlu seimbang dalam meningkatkan pengetahuan dan membangun karakter anak didiknya. Mengenai teknologi, tidak dapat dielakkan bahwa teknologi semakin menginvasi dunia kerja; semakin otomatis, semakin efisien pekerjaan. Ini berarti manusia harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Kuncinya adalah meningkatkan keterampilan menggunakan alat dan kemampuan berbasis teknologi.

Sebagai simpulan, meskipun ada kekhawatiran tentang depresi ekonomi global, narasumber menegaskan sikap optimis karena Indonesia bisa mandiri dan tercukupi dari sumber daya yang ada. Kuncinya adalah dengan memanfaatkan apa yang ada sekarang, lakukanlah pekerjaan dengan karakter dan sikap baik, disiplin, kreatif, adaptif terhadap teknologi, dan pantang menyerah. Sekarang, seberapa optimis diri Anda menghadapi tantangan ekonomi ke depan? ***

 


  Bagikan artikel ini

Mengasah Kecerdasan Musikal

pada hari Senin, 20 Januari 2025
oleh Trustha Rembaka

          

 

Bermusik memiliki manfaat besar dalam perkembangan anak. Selain mendukung perkembangan otak, musik juga membangun karakter dan percaya diri, mengenalkan hal-hal baru, mengembangkan kreativitas, melatih fokus, serta meningkatkan kecerdasan emosional. Mengetahui kecerdasan diri membantu seseorang mengasah kemampuan, menentukan jurusan studi, memilih pekerjaan yang cocok, dan membantu orang lain menemukan diri mereka

Howard Gardner, seorang pakar psikologi, mengidentifikasi sembilan jenis kecerdasan antara lain:

1.   Kecerdasan Logis Matematis: Kemampuan menganalisis situasi secara sistematis dan berargumen dengan nalar.

2.   Kecerdasan Linguistik Berbahasa: Kemampuan mengolah kata untuk menulis, membaca, berbicara, dan menjelaskan sesuatu dengan baik.

3.   Kecerdasan Visual Spasial: Kemampuan berpikir abstrak, menafsirkan gambar, pola desain, dan menggambarkan sesuatu.

4.   Kecerdasan Kinestetik: Kemampuan terkait aktivitas fisik, motorik, fisik, dan koordinasi tubuh.

5.   Kecerdasan Musikal: Kemampuan berkaitan dengan suara, nada, ritme, bernyanyi, dan penguasaan alat musik.

6.   Kecerdasan Interpersonal: Kemampuan berinteraksi, memahami, dan menggerakkan orang lain.

7.   Kecerdasan Intrapersonal: Kemampuan mengelola diri, memotivasi diri, menganalisis, dan merencanakan dengan baik.

8.   Kecerdasan Naturalis: Kemampuan berinteraksi dengan alam dan lingkungan, serta bertahan hidup.

9.   Kecerdasan Eksistensial: Ketertarikan dan keingintahuan tentang hidup, mati, dan makna hidup, termasuk aspek psikologi."

 

 

Keterampilan bermusik merupakan salah satu aktivitas di Kebun Stube HEMAT Yogyakarta di Gunungkidul, dengan memanfaatkan angklung. Trustha memandu anak-anak berlatih angklung untuk mengasah kecerdasan musikal, melatih koordinasi motorik, meningkatkan konsentrasi, memperhalus emosi, bersosialisasi, dan membentuk kedisiplinan.

 

 

 

 

Di sini, anak-anak mengenal angklung sebagai instrumen musik tradisional terbuat dari bambu, yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda kemanusiaan sejak 2010. Stube HEMAT Yogyakarta dan mahasiswa pernah menampilkan angklung dalam International Youth Camp di Wittenberg, Jerman, pada tahun 2017. Bermain angklung tidak hanya teori, tetapi harus dipraktikkan. Latihan dimulai dengan mengenal lagu yang akan dimainkan, dari notasi, irama, dan intonasinya. Kemudian, mempraktikkan cara membunyikan angklung, dari cara memegang hingga menggoyangkannya sesuai irama. Selanjutnya, sinkronisasi suara angklung agar transisi antar nada terdengar halus tanpa jeda. Meskipun tidak mudah, para peserta menunjukkan kemauan untuk berlatih dan saling membantu.

 

 

Dari latihan angklung ini, kelompok angklung tampil pada perayaan tahun baru Pepanthan Bendungan GKJ Wonosari, ulang tahun dan perayaan Natal SD BOPKRI Wonosari 2, serta perayaan Natal guru dan karyawan Kristiani lembaga pendidikan di kecamatan Wonosari dan sekitarnya.

 

 

Terobosan bermusik angklung ini memicu minat untuk melanjutkan kegiatan angklung, dari kelompok anak-anak hingga kelompok campuran yang berkolaborasi dengan orang dewasa. Bahkan, mungkin ada pihak lain yang tergerak untuk membantu menyediakan instrumen angklung, sehingga lebih banyak peserta dapat bergabung dan eksistensi angklung tetap lestari. Apakah pembaca tertarik untuk berpartisipasi? ***

 

Kelompok Angklung Mahasiswa Stube HEMAT Yogyakarta
tampil dalam International Youth Camp di Wittenberg, Jerman (2017)

  Bagikan artikel ini

Kekuatan Ekonomi Rakyat

pada hari Jumat, 10 Januari 2025
oleh Stube HEMAT Yogyakarta

        

 

Tahun 2025 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi ekonomi global karena beberapa faktor utama yang mempengaruhi tekanan ekonomi global seperti ketidakpastian politik yang  mempengaruhi pasar keuangan global, resiko geopolitik dimana konflik bersenjata terus berlangsung, serta ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok. Hal-hal ini akan mengganggu pasar dan rantai pasokan global.

 

 

Di tengah tekanan ekonomi global, kekuatan ekonomi rakyat menjadi salah satu gerakan yang bisa dilakukan. Dengan konsep yang menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan ekonomi yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Koperasi adalah salah satu bentuk organisasi ekonomi yang berperan penting dalam memperkuat ekonomi rakyat. Salah satu rintisan koperasi di level lokal/Rukun Tetangga dengan 100 orang anggota adalah Usaha Simpan Pinjam 59 (USP’59). Layanan simpan pinjam dilakukan setiap bulan di rumah ketua USP’59, yang juga tempat sekretariat Stube HEMAT Yogyakarta. Kegiatan ini memiliki dinamika yang cukup bagus. Diinisiasi pada tahun 2001 oleh seorang warga yang merupakan karyawan Bank, dan pengurus rukun tetangga setempat, usaha simpan pinjam ini tetap berlangsung meski personil kepengurusan silih berganti.

 

 

Ketua USP’59 periode 2024-2025, Ariani Narwastujati mengatakan, “Simpan pinjam ini sudah beroperasi 23 tahun dengan modal awal 2,5 juta rupiah. Modal awal berasal dari 100 anggota warga RT 59 Nyutran Yogyakarta dengan simpanan pokok masing-masing 25 ribu rupiah. Setelah dipinjam dan disimpan, saat ini menjadi sekitar 344 juta rupiah.” Ariani meyakini bahwa usaha ini menjadi salah satu kekuatan ekonomi rakyat level lokal dimana anggotanya berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan usaha. Fokus usaha ini pada simpan pinjam dengan maksimal pinjaman 8 juta serta bunga 0,8% per bulan.

 

 

 

Yang menarik adalah keuntungan yang diperoleh dibagikan kembali kepada anggota tidak hanya dalam bentuk sisa hasil usaha (SHU), tetapi juga dana kematian dan dana sosial. Dana kematian merupakan dukungan dana bagi warga RT setempat yang mengalami kedukaan, sementara dana sosial adalah dana untuk kesejahteraan anggota yang bisa diwujudkan sesuai kesepakatan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT), semisal parcel, kaos atau wisata bersama.

 

 

 

 

Menjadi salah satu unit kegiatan RT 59, ketua RT 59 menjadi pelindung dan penasihat kegiatan usaha simpan pinjam ini. Warga merasa terbantu dan mendapat kemudahan pinjaman dengan bunga cukup ringan. Mereka bisa memanfaatkan USP’59 untuk mengakses modal yang dapat digunakan dalam berbagai keperluan seperti modal usaha, pendidikan, atau kebutuhan mendesak lainnya, karena ada fasiltas pinjaman ‘sebrakan’/dadakan. Bunga rendah tentu saja lebih terjangkau dan menguntungkan anggotanya.

Stube HEMAT pernah mengirimkan beberapa mahasiswa yang sedang mengikuti program eksposur Jogja untuk melihat secara dekat kegiatan simpan pinjam yang dilakukan USP’59 guna menginspirasi terbentuknya kekuatan-kekuatan ekonomi lokal di daerah. Kekuatan ekonomi lokal diharapkan juga mampu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonominya sehingga tercapai masyarakat yang sejahtera. ***

 


  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2025 (9)
 2024 (25)
 2023 (38)
 2022 (41)
 2021 (42)
 2020 (49)
 2019 (37)
 2018 (44)
 2017 (48)
 2016 (53)
 2015 (36)
 2014 (47)
 2013 (41)
 2012 (17)
 2011 (15)
 2010 (31)
 2009 (56)
 2008 (32)

Total: 661

Kategori

Semua  

Youtube Channel

Lebih baik diam dari pada Berbicara Tetapi tidak ada Yang Di pentingkan Dalam Bicaranya


-->

Official Facebook